05 Juni 2011

Dialog


"..If I could be who you wanted, If I could be who you wanted all the time.” Thom Yorke sudah menyanyikannya. Lirik terakhir lagu Fake Plastic Trees sudah dinyanyikan. 
“Lo tau, sebenarnya, mungkin bagian lirik terakhir tadi adalah impian tiap manusia buat orang yang mereka sayangi, untuk selalu menjadi apa yang mereka cintai. Yang mereka butuhkan, dalam sebuah hubungan. ”
“Iya, guah rasa juga gitu. Maksudnya, ya siapa sih yang rela ditolak dan dibuang oleh wanitah yang mereka suka dengan alasan, ‘Sori, tapi tapi elo bukan tipe gue sih..’”
“Hahaha. Bener juga sih. Semua orang selalu ingin yang ideal.”
“Menurut Plato, apa yang ada dalam dunia ini semuanya hanya bayangan dari realitas kehidupan dalam dunia sebenarnya yaitu, dunia ideal. Dunia yang hanya dalam ide-ide manusia saja. Idealitas. Jadi, kalau mereka mencari yang ideal sebenarnya engga bakal pernah ada.”
“Kek nilai Tangen 90 derajat? Engga bakal pernah nyentuh garisnya?”
“Ya, yang benar-benar ideal tidak pernah ada tapi mendekati ideal adalah mungkin.”
“Tapi kalau menurut buku Jomblonya Adhitya Mulya, wanita pada dasarnya punya absolutisme dalam memilih pasangan mereka. Mereka yang nentuin siapa yang boleh deketin mereka, mereka yang nentuin siapa yang bakal jadi pacar mereka.”
“So?”
“Itu kuasa mereka dalam memilih. That’s rule of the game. kita sebagai priah, hanya menunggu diantrian mereka. Nawarin apa yang kita punya, mereka mau ya kita jadian, kalau engga ya silahkan ngantri di tempat lain atau naikin tawaran kita. Supply and Demand.”
“Jadi, daya tawar kita dalam membentuk sebuah hubungan rendah banget dong ya?”
“Justru itu, kita juga diberi kebebasan buat ngantri di mana aja yang kita suka. Cewek nunggu, kalau cowok ngejar!”
“Tapi analoginya engga semudah itu juga sih dalam membangun sebuah hubungan.”
“Iya, kek kata elo tadi, akal dan perasaan itu terpisah. Dan perasaan kadang memang tak masuk akal. Logika kita lumpuh saat jatuh cinta.”
“Mario Teguh ya?”
“Yep!”
"Hah, entahlah, engga ngerti guah."


  

Tidak ada komentar: