26 Maret 2011

Terkadang banyak sekal yang harus kita kerjakan, dan terkadang sama sekali tidak ada yang perlu kita kerjakan.

Hidup memang tidak bisa ditebak, tidak bisa dipikir dengan nalar karena pada dasarnya kehidupan ini bukan milik kita sepenuhnya. saya tidak pernah meminta dilahirkan, begitu juga dengan miliaran manusia lainnya, tapi toh akhirnya kita semua ada disini, hidup diatas planet bernama Bumi dengan rutinitas kita semua dan tanpa kita sadari kta semua jadi sibuk 
Terkadang banyak sekal yang harus kita kerjakan, dan terkadang sama sekali tidak ada yang perlu kita kerjakan. tapi pertanyaan saya selalu sama.. untuk apa ini semua? 

20 Maret 2011

Mari Menghitung Waktu

Huaaah.. liburan semester sekarang terasa sangat sibuk. Samapi-sampai kehabisan energi dan kehabisan waktu buat diri sendiri. serasa 24 jam enggak cukup buat hidup. Dan ternyata setelah saya hitung-hitung dalam kehidupan saya emang 24 jam seminggu emang enggak cukup! Mau tahu rinciannya?
Jadi gini, setiap minggu ada 7 hari, setiap hari ada 24 jam. 24 dikali 7 = 168 jam seminggu. 168 jam seminggu, ini modal waktu smeinggu yang setiap manusia punya. Nah, semester saat ini saya ngambil 20 sks, wajarnya setiap sks itu adalah 3 jam. 1 jam belajar mandiri, 1 jam belajar di kelas dan 1 jam responsi. Jadi, 20 dikali 3 = 60 jam. Nah biar tubuh kita sehat, kita harus tidur 8 jam sehari, 8 dikali 7 = 56 jam. Saya juga sekarang punya proyekan buat ngeband, ada 2 band yang sekarang lagi saya kerjain. Minimal tiap band itu latihan seminggu sekali satu jam dan brifieng sebelum latihan 2 jam, belum misalnya sharing masalah dulu ya kira-kira 2 jam lah... Jadi hitungannya 1 +1 +1* 2 band  = 6 jam. Mari kita jumlahkan semua jam tadi.
  • Seminggu : 7x 24 = 168 jam
  • Kuliah : 20 sks @ 3 jam = 60 jam
  • Tidur : 8 x 7 jam = 56 jam
  • Band = 2 x (1+1+1) = 6 jam
  • Sisa waktu : 168 jam – (60+56 + 6) = 168 jam – 124 jam = 44 jam.
Nah itu masih banyak waktu, 44 jam.. masa enggak cukup?Eh tenang dulu, itu dalam hitungan jam. Coba kita lihat dalam bentuk yang lebih kecil, dalam hitungan menit. 44 jam x 60 menit = 2640 menit, sisa waktu saya seminggu. Waktu sekian menit tersebut saya itung lagi ternyata emang enggak cukup juga. Ya, sisa waktu itu saya pakai kira-kira buat ini semua :
  • makan 3 kali sehari, dikali seminggu : 3 x 30 menit x 7 = 630 menit
  • mandi 20 menit x 7 hari = 140 menit
  • Saya harus ngabisin waktu dijalan, ya buat ke kampus atau enggak ya...pulang dari kampus : 30 menit x 2 x 7 hari = 420 menit.
  • Saya harus maen, baca buku, dengerin musik, dengerin radio, nonton tipi, ngenet dll untuk sedikit hiburan : 3 jam x 60 menit x 7 hari = 1260 menit.
  • Sisa waktu : 2640 menit – (630 + 140 + 420 + 1260 ) = 190 menit.
190 menit dibagi sama 7 hari... jadi saya ada waktu kosong .... kira-kira27,142857142857142857142857142857 menit per hari dan itu buat dipake ngehabisin 3 batang rokok juga udah abis.. Hah. Ternyata emang engga cukup waktunya.. gimana mau punya pacar? waktu buat diri sendiri aja enggak cukup.. Arrgghhh!!!!

17 Maret 2011

Sejarah Uang


Uang saat ini dalam kehidupan sosial di belahan dunia manapun mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai alat pertukaran dan pembayaran yang sah. Tetapi sebenarnya untuk mempunyai fungsi tersebut, uang mempunyai sejarah panjang yang rumit sehingga bisa menjadi sebuah alat yang sah dan diakui seluruh dunia.
Uang Komoditas
Bentuk awal uang sebenarnya hanya berupa komoditas-komoditas tertentu yang bisa ditukarkan dalam lingkup sosial tertentu. Di seluruh dunia, komoditas pernah dijadikan uang mulai dari garam hingga tembakau, dari kayu gelondongan hingga ikan asin, dan dari beras hingga kain pernah dijadikan sebagai uang dalam sejarah.
Bangsa Norwegia menggunakan mentega sebagai uang. Di Cina, Afrika Utara dan Menditerania, orang memakai garam sebagai uang komoditas. Orang Yunani pada jaman Homerus menggunakan lembu sebagai uang komoditas mereka. Bahkan di beberapa tempat, budak dijadikan sebagai komoditas yang dijadikan sebagai ukuran kekayaan seseorang.
Bentuk penggunaan uang komoditas ini sendiri masih mirip seperti sebuah sistem barter dan uang komoditas tersebut digunakan sebagai sebuah alat yang menggenapkan pembayaran. Sebagai contohnya bangsa Aztec yang menggunakan biji kakao sebagai uang komoditas mereka.
Bila seorang Aztec ingin menukarkan seekor iguana dengan kayu bakar atau menukar sekeranjang jagung dengan seikat lombok, bila dirasa pertukaran masih belum sempurna, maka bangsa Aztec akan menggunakan biji kakao tersebut hingga pertukaran dirasa adil dan seimbang. Tetapi tidak selalu uang komoditas dijadikan sebagai alat untuk menggenapkan perturkaran, bisa juga menggunakan komoditas lain tetapi umumnya yang dijadikan uang komoditas adalah komoditas yang dianggap berharga dan sangat diinginkan oleh masyarakat itu sendiri.    
Uang komoditas mempunyai banyak keunggulan karena bisa mejadi barang konsumsi atau pun alat tukar, tetapi karena konteks kultural di tiap tempat berbeda-beda kadang uang kmoditas menjadi sangat tidak berharga di tempat lain. Contohnya adalah penggunaan kulit kerang sebagai uang komoditas, di daerah tertentu mungkin kulit kerang sangat berharga, tapi kulit kerang menjadi sangat tidak berharga di daerah pantai karena daerah tersebut tentunya memiliki banyak kulit kerang.
Selain itu, uang komoditas mudah mengalami penurunan nilai karena rusak atau mungkin sudah membusuk apabila uang komoditas itu berupa bahan pangan yang harus selalu dikonsumsi dengan cepat.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang ada di dunia ini, penggunaan uang komoditas semakin dirasa menyulitkan dalam melakukan perdagangan dengan bangsa lain, sehingga membuat manusia terus mencari bentuk pertukaranan yang bisa diterima di semua tempat.
Logam menjadi sebuah pilihan sebagai pengganti uang komoditas. Penggunaan uang logam lebih efisien karena logam bisa dibentuk sedemkian rupa menurut dengan selera dari pemilik logam tersebut. Tidak seperti uang komoditas yang bisa sangat merepotkan untuk dibawa karena kemungkinan ukuran, berat dan jenis yang bermacam-macam.
Emas menjadi sebuah logam yang paling sering dijadikan sebagai patokan dari uang logam, karena hampir di seluruh belahan dunia menyukai emas karena nilainya tidak pernah turun dan bisa dipastikan selalu murni dibandingkan dengan jenis logam lainnya. Selain emas, perak juga menjadi logam yang banyak dijadikan sebagai pengganti uang komoditas.
Pada penghujung tahun ketiga SM, bangsa Mesopotamia mulia menggunakan batangan logam mulia untuk ditukarkan dengan barang. Tablet lempung Mesopotamia bertuliskan huruf paku dari tahun 2500 SM menyebutkan penggunaan perak sebagai sebuah bentuk pembayaran.
Uang Koin
Uang koin pertama kali dibuat oleh kerajaan Lydia, sebuah kerajaan kecil bagian dari Yunani kuno. Uang koin merupakan sebuah terobosan baru dalam pembuatan uang saat itu.
Raja-raja Lydia saat itu menyadari akan perlunya batangan-batangan kecil dan mudah diangkut yang nilainya tdaik lebih dari beberapa hari kerja atau sebagian kecil panenan petani. Dengan menciptakan batangan-batangan kecil dalam ukuran dan berat yang dibakukan dan dnegan membubuhkan sebuah emblem pada batangan yang mengukuhkan nilainya, dengan cara seperti ini perdangan menjadi sangat pesat pada waktu itu di kerajaan Lydia sehingga menimbulkan kekayaan yang melimpah bagi kerajaan Lydia.
Koin awal yang dibuat berbahan dasar dari elektrum campuran emas dan perak yang terjadi secara alami. Untuk menjamin keotentikan dari koin-koin tersebut, raja memerintahkan untuk mengecap setiap koin dengan emblem kepal singa. Selain itu, pengecapan juga berfungsi untuk meratakan bulatan pada tiap koin tersebut dan juga menjadikan berat koin itu sama sehingga tidak perlu lagi harus menggunakan timbangan untuk menentukan tingkat kemurnian dari koin tersebut.
Pada masa pemerintahan Croesus (560-564 SM), Croesus menciptakan koin baru bukan berbahan dasar dari elektrum, tetapi dari emas dan perak. Perubahan koin tersebut semakin meningkatkan kekayaan dari kerajaan Lydia hingga pada akhirnya kerajaan Lydia hancur karena berusaha menyerang kerajaan Persia. Walaupun kerajaan Lydia hancur, tetapi sistem uang koin yang digunakan Lydia rupanya sudah menyebar ke seluruh Mediterania.    
Perkembangan uang koin selanjutanya terus berlangsung hingga masa kerajaan Roma yang mengeluarkan uang koin perak mereka sendiri yang diberi nama denarius. Setelah itu, kerajaan-kerajaan lain juga mulai mengadopsi sistem uang koin tersebut.
Sejak penemuan benua Amerika, penggunaan uang koin semakin meluas karena ditemukannya daerah-daeerah penambangan emas dan perak yang baru di Amerika. Kerajaan Spanyol dan Portugis menjadi kerajaan yang sangat kaya karena penemuan emas di sejumlah negara jajahannya tersebut dan mulai mencetak lebih banyak koin untuk kemakmuran negaranya.
Tetapi karena terus-menerus melakukan eksploitasi emas dna perak, pasokan emas dan perak semakin berkurang dan karena ketamakan dari raja-raja Spanyol dan Portugis tersebut, nilai uang koin semakin berkurang karena tingkat kemurniannya yang terus berkurang setiap saat.
Uang kertas
Jumlah pasokan emas dan perak yang semkain menurun serta terjadinya inflasi karena tingkat kemurnian uang koin yang semakin rendah, memaksa manusia mulai mencari alternatif lain setelah uang koin dan uang kertas mulai menjadi alternatif pilihan pengganti uang koin.
Uang kertas diperkirakan pertama kali digunakan di Cina pada masa dinasti T’ang. Para birokrat Cina membuat uang kertas dari kertas kulit pohon Murbei. Setelah dicap dan disegel oleh kaisar, maka kertas-kertas itu menyandang nilai penuh emas atau perak.  Uang kertas Cina itu mempunyai ukuran sama dengan serbet. Selembar uang senilai seribu koin, berukuran sembilan kali tiga belas inci. Tetapi sistem uang kertas di Cina pada saat rupanya tidak berkembang secara langsung mempengaruhi dunia dan hanya berkutat di daerah Cina saja.
Pada 17, bangsa Eropa mulai menerbitkan surat berharga. Surat berharga ini pertama kali dimaksudkan sebagai bukti jaminan untuk uang-uang koin yang masyarakat simpan di bank atau sebagai bukti surat hutang, sehingga nantinya masyarakat bisa menukarkan surat berharga yang mereka miliki dengan uang koin yang ada di bank. Tetapi banyak terjadi masalah pada saat awal penggunaan surat berharga ini, karena terlalu banyaknya surat berharga yang beredar daripada uang koin yang beredar sehingga surat-surat berharga yang dimiliki oleh masyarakat nilanya menjadi tidak lebih dari hanya sekedar kertas biasa. Ide dan teknologi dari uang kertas di Eropa sudah mulai terbentuk tetapi aplikasi yang diharapkan masih belum sesuai pada saat itu.
Perkembangan selanjutnya terjadi lebih baik di daratan Amerika Utara. Benjamin Fraklin menjadi orang paling berjasa dalam penerbitan uang kertas di Amerika Utara.
Benjamin Franklin memluai ide untuk mencetuskan uang kertas di Amerika yang waktu itu masih merupakan negara koloni dari Inggris. Pada tahun 1729, Benjamin Franklin menerbitkan A Modest Enquiry into the Nature and Necessity of a Paper Currency, dengan terbitnya tulisan ini, berbagai koloni berusaha mengikuti rencana Franklin dengan menerbitkan uang kertas dan Franklin sendiri dikontrak untuk mencetak uang oleh Pensylvania.
  Sebenarnya pembuatan nilai uang kertas menjadi sebuah permasalahan tersendiri, karena pada dasarnya uang kertas hanya sebuah selembar kertas yang diberi tanda resmi oleh pemerintah yang mengeluarkan uang kertas tersebut.
Pada awal perkembangan uang kertas, setiap negara pembuat uang kertas akan menyiapkan sejumlah emas yang bernilai dengan jumlah uang kertas yang mereka keluarkan. Sebagai contohnya, bila Amerika akan mencetak uang senilai $450 juta, maka pemerintah Amerika harus menyiapkan cadangan emas senilai $450 juta juga sebagai pengganti atau nilai dari uang yang mereka keluarkan.
Tetapi kebijakan itu sudah mulai tidak diberlakukan sejak berakhirnya Perang Dunia II, dengan adanya persetujuan Bretton Wood yang menjadikan dolar Amerika sebagai patokan sistem nilai tukar mata uang seluruh dunia. Pada saat itu, nilai 35 dolar Amerika sama dengan nilai satu ons emas.
Kebijakan ini berjalan sebagaimana mestinya, hingga pemerintahan Presiden Nixon yang mencabut pematokan nilai dolar terhadap satu komoditas apapun, artinya sejak itulah mata uang Amerika yang dijadikan sebagai patokan dasar mata uang seluruh dunia menggunakan sistem mengambang relatif terhadap mata uang negara lain yang kita kenal hingga sekarang ini.
Uang saat ini
Uang telah mengalami berbagai perubahan kebijakan, perubahan bentuk dan nilai. Hingga saat ini uang masih mengalami berbagai perubahan. Perkembangan teknologi yang baru akan menimbulkan berbagai macam kebijakan dan jenis uang yang baru. Munculnya teknologi internet telah semakin mengkonversi uang yang kita kenal sekarang.
Saat ini, sudah mulai berbagai uang eletronik yang beredar dalam dunia maya. Walaupun masih belum terlalu berpengaruh dalam kehidupan nyata, uang elektronik kemungkinan nantinya akan semakin berkembang dan bahkan mungkin bisa menggantikan peran dolar Amerika yang ada saat ini. Kita hanya akan bisa melihat dan menunggu bagaimana kebijakan lain yang akan diambil pemerintah dunia dalam menetukan kebijakan keuangan nantinya.