29 Juni 2011

Sayonara~!

well, i'm not on my teenage years anymore and yes, we are getting older everyday. Saya engga pernah nyangka masa-masa kek gini akhirnya datang juga. masa dimana saya memang harus berpisah dengan banyak orang yang saya kenal, yang membuat saya nyaman, yang bisa dijadikan sebagai tempat berukar pikiran dan berbagi pengalaman.
Kami harus berpisah karena... ya, memang sudah waktunya untuk berpisah. Kami harus mengejar takdir yang sudah disiapkan semesta sebelum kami lahir. kami harus melakukan peranan yang sudah disiapkan oleh Tuhan untuk kami. Semua itu adalah hukum alam yang memang sudah seperti itu. Saat-saat kami bersama memang lucu, konyol dan mungkin indah walau sesaat. Sesaat adalah waktu terbaik yang kita dapatkan. Karena hanya sesaat sesuatu bisa menjadi sangat indah dan layak dikenang.
Mungkin kami nanti akan berjumpa lagi saat kami tua nanti dan mengingat masa-masa muda penuh gairah dan rasa ingin tahu. Masa kami dimabuk oleh perasaan cinta berbalut getir dan pertanyaan-pertanyaan tentang takdir kami di masa depan. bercerita dan mengingat itu semua di sebuah sore yang jingga, dengan teh dan kopi di meja kami. Mungkin saya sudah berhenti merokok nanti. Tapi itu mungkin di masa depan. Sekarang saya hanya ingin bilang semoga nanti kita semua bisa menjalankan peranan kita dengan sebaik-baiknya.Kita seperti anak sungai yang mengalir mengikuti jarlunya masing-masing, tetapi percayalah bahwa samudera itu satu adanya. Toh, kita nanti hanya terpisah ruang dan jarak. Kenangan yang kita kecap pasti tetap sama nantinya.
Kawan, baik-baiklah nanti di sana. Pastikan bahwa kau bahagia, dan bila tidak, kembali lah kemari. Kita berkumpul kembali dan taklukan dunia~!
 Teruntuk : Semua kawan-kawan yang sudah melanjutkan fase hidupnya. Congratulation! I'll catch up, soon!

23 Juni 2011

Bukan Tipe Gue Sih....

Bukan Tipe Gue Sih.... adalah alasan paling tidak logis yang paling logis untuk menolak orang.

Sedikit bicara tentang filsafat

Philosophy atau filsafat dalam bahasa Indonesia, bila dilihat dari kata dasarnya dibagi menjadi 2 bagian dalam bahasa Yunani yaitu Philo yang artinya Cinta dan Sophy atau Sophia yang berarti Kebenaran atau Kebaikan. Ya, kira-kira arti kasar Philosophy atau Filsafat adalah "mencintai kebenaran". Tapi saya bukan mau cerita tentang sejarah atau pandangan tentang filsafat. Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang perbedaan filsafat antara sesudah dan sebelum munculnya agama-agama Samawi seperti Yahudi, Kristen dan Islam.

Sebelum munculnya agama samawi :
Filsafat sebelum agama samawi masih berupa pemikiran-pemikiran tentang pencarian-pencarian nilai yang hakiki, nilaio yang sebenarnya, nilai kebenaran yang sebenarnya. Kenapa? Karena pada masa sebelum munculnya agama, manusia menyelesaikan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada melalui cerita-cerita atau mitos-mitos tentang dunia dewa-dewa (mythology). Contoh sederhananya adalah di Skandinavia dulu, saat terjadi guntur di langit, mereka mempercayai bahwa  Thor sedang berperang dengan Loki dan banyak juga mitologi lainnya yang ada untuk menjawab berbagai peristiwa atau kejadian alam yang terjadi pada masa itu.
Karena merasa kurang puas terhadap penjelasan-penjelasan atau semua mitologi tersebut, beberapa golongan dari masyarakta pada saat itu berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka cari. Kemudian muncul lah tokoh-tokoh filsafat Yunani Kuno yang kita kenal sampai saat ini, diantaranya yang cukup populer hingga yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. (Sebenarnya masih banyak para tokoh pemikir pada era Yunani Kuno selain mereka tapi saya tidak hapal satu per satu) Pada era tersebut mereka telah memiliki ide atau gagasan tentang kebenaran yang sesungguhnya dengan berbagai sebutan yang mendekati nilai "Ilahi". Mereka percaya bahwa nilai Ilahi tersebut adalah nilai yang mutlak adanya bagi kehidupan manusia dan membawa kebaikan tapi mereka masih terus melakukan pencarian terhadap nilai tersebut. Hingga nanti akhirnya muncul agama samawi.


Setelah Agama Samawi
Perubahan yang mendasar setelah adanya agama Samawi adalah munculnya Tuhan atau Sang Ilahi. Sebelum masa agama samawi para pemikir tersebut berusaha untuk mencari "Tuhan" yang memiliki kebenaran dan nilai secara utuh, dengan munculnya agama samawi pertanyaan atas nilai yang hakiki tersebut sudah terjawab sehingga pemikiran atau ide tentang Tuhan menjadi agak berkurang karena nilai-nilai kebaikan sudah ada dalam ajaran agama. Tapi karena pada dasarnya pemikiran manusia itu terus terjadi, pemikiran-pemikiran selanjutnya lebih berkisar kepada pertanyaan akan manusia itu sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul menjadi berkutat pada pengalaman hidup manusia dan keadaan sekitarnya. Pemikiran tentang Etika, nilai-nilai Empirisme (pengalaman-pengalaman kehidupan manusia) serta eksistensialisme dari jiwa manusia sendiri mulai pertanyakan. Tetapi agama dan Tuhan juga menjadi sebuah subjek yang dibicarakan oleh beberapa pemikir (kebanyakan pemikir atheis).

Kira-kira begitu yang bisa saya share buat sekarang, atas kekurangan dan kesalahannya saya mohon maaf karena saya masih belajar hhe. Buat nambah pengetahuan, mungkin bisa dibaca bukunya Dunia Sophie karya Jostein Gaarder untuk pendalaman yang lebih mendalam walau singkat. hhe. 

19 Juni 2011

Belajar dari MUTU!

Apa itu mutu? Dari definisi yang saya pelajari ada beberapa definisinya yaitu :
  • kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/ tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen (Garvin Davis -1994) 
  • Kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (J.M.Juran - 1993)
  • Keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar” (Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia : SNI 19-8402-1991
  • Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness (Crosby- 1979)
Banyak definisinya? Ya, memang karena pada dasarnya belum ada definisi yang jelas tentang mutu itu sendiri. Terus bagaimana caranya kita tahu suatu barang itu bermutu atau tidak? Agar suatu barang bisa dianggap bermutu, biasanya pabrik atau produsen melakukan standarisasi atau barang dibuat dengan standar tertentu yang sudah ditentukan oleh pabrik atau oleh institusi/lembaga yang mempunyai kewenangan. Jadi, semua barang yang dipasarkan nantinya akan sesuai standar. Barang yang satu akan sama dengan yang lain.
Bagaimana memastikan bahwa semua barang itu sudah standar? Ada berbagai cara diolakukan salah satunya denga melakukan Statistical Process Control. Dengan metode ini barang yang sudah dibuat aan dilakukan pengambilan secara sampling, dengan sampling tersebut akan dicari apakah barang yang ada sudah sesuai dengan batasan mutu/kualitas yang dinginkan oleh pabrik. Ya, kira-kira begitu lah, saya kurang mengerti dengan persis detailnya. 
Bagaimana kalau sudah dilakukan pengecekan, dan berbagai hal ribet lainnya, barang yang ada masih kurang bagus mutunya? Lakukan perbaikan. Continous improvement. Kaizen. Perbaikan terus menerus tanpa akhir, karena pada dasarnya tingkatan mutu suatu barang/produk akan terus berubah dan tidak akan pernah berhenti.
Ini sebenernya pengen ngomongin apa sih? 
Nah kalau mutu pada manusia sendiri kek gimana?  Pada dasarnya sifat manusia yang naik turun membuat mereka bisa menjadi sangat berkualitas dan sangat tidak brkualitas.  Hari ini bisa menjadi manusia yang sangat menyenangkan, besoknya kek Setan. Manusia itu sangat paradoks sehingga kalau buat saya memang agak sulit menilai seseorang itu bermutu atau tidak. Karena niali mutu seorang manusia itu tidak pasti, biasanya kita menggunakan generalisasi untuk menilai mutu orang. Stereotyping. Kita hanya menilai dari apa yang bisa kita lihat aja bahwa orang itu bermutu atau tidak. Padahal yang kita lihat belum tentu keadaan atau mutu dari orang itu yang sebenarnya. Inilah kenapa kita sering dengan istilah "--salah menilai dirimu" dalam lagu-lagu sendu. 
Kita sebenarnya hanya melihat sedikit, tapi merasa sudah tahu banyak. Dalam salah satu lagu Make Damn Sure -- Taking Back Sunday ada bagian lirik : "how close is close enough?"
Seberapa dekat kah untuk disebut dekat? Seberapa kenal untuk benar-benar bisa disebut sangat mengenal? Everything is change, people too. Engga ada yang tetap, termasuk sifat manusia tadi, begitu juga kualitasnya. I mean, just take a look at ourself. We are getting older everyday, but did we ever really realize about that? 
So, what should we do? sama seperti konsep continous improvement tadi, ada satu hadist yang bilang "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka" (Hadits). Itu adalah konsep continous improvement pada diri kita sebagai manusia. Kaizen untuk diri kita. Dan hal ini harus kita lakukan terus menerus, agar kualitas kita semakin baik dan lebih baik daripada kemarin.
The sign when we need to improve our quality? Sebenarnya sih, ya seperti yang saya bilang tadi, kalau sebaiknya sih setiap hari kita tingkatkan kualitas kita. Tapi ya, terkadang manusia selalu menunggu impact yang besar untuk bisa merenung dan menyadari bahwa kualitas yang dia miliki masih kurang untuk menghadapi kehidpan nanti yang pasti akan lebih sulit. Jadi, untuk tahu kapan kita harus meningkatkan kualitas kita adalah saat kita kecewa. Ya benar, saat kita kecewa dengan apa yang kita dapat, saat kita kecewa dengan orang-orang disekitar kita, saat kita patah hati (which is what happening to me now), saat kita menginginkan sesuatu tapi tak bisa kita dapatkan, saat semuanya berjalan salah dan tak sesuai dengan harapan kita. Saat-saat itu adalah tandanya kita harus segera mmeningkatkan kualitas diri kita untuk memantaskan atas apa yang kita inginkan (pinjam istilah Mario Teguh).
Ya, kira-kira segitu dulu yg bisa saya share. I'll improve it later. Hahahaha!   



10 Juni 2011

oh, what can i say? i'm so stupid.
i feel relieved but at the same time i feel like loosing something.
i knew it before i start it. it is the fuc*kin risk i must take.

05 Juni 2011

Dialog


"..If I could be who you wanted, If I could be who you wanted all the time.” Thom Yorke sudah menyanyikannya. Lirik terakhir lagu Fake Plastic Trees sudah dinyanyikan. 
“Lo tau, sebenarnya, mungkin bagian lirik terakhir tadi adalah impian tiap manusia buat orang yang mereka sayangi, untuk selalu menjadi apa yang mereka cintai. Yang mereka butuhkan, dalam sebuah hubungan. ”
“Iya, guah rasa juga gitu. Maksudnya, ya siapa sih yang rela ditolak dan dibuang oleh wanitah yang mereka suka dengan alasan, ‘Sori, tapi tapi elo bukan tipe gue sih..’”
“Hahaha. Bener juga sih. Semua orang selalu ingin yang ideal.”
“Menurut Plato, apa yang ada dalam dunia ini semuanya hanya bayangan dari realitas kehidupan dalam dunia sebenarnya yaitu, dunia ideal. Dunia yang hanya dalam ide-ide manusia saja. Idealitas. Jadi, kalau mereka mencari yang ideal sebenarnya engga bakal pernah ada.”
“Kek nilai Tangen 90 derajat? Engga bakal pernah nyentuh garisnya?”
“Ya, yang benar-benar ideal tidak pernah ada tapi mendekati ideal adalah mungkin.”
“Tapi kalau menurut buku Jomblonya Adhitya Mulya, wanita pada dasarnya punya absolutisme dalam memilih pasangan mereka. Mereka yang nentuin siapa yang boleh deketin mereka, mereka yang nentuin siapa yang bakal jadi pacar mereka.”
“So?”
“Itu kuasa mereka dalam memilih. That’s rule of the game. kita sebagai priah, hanya menunggu diantrian mereka. Nawarin apa yang kita punya, mereka mau ya kita jadian, kalau engga ya silahkan ngantri di tempat lain atau naikin tawaran kita. Supply and Demand.”
“Jadi, daya tawar kita dalam membentuk sebuah hubungan rendah banget dong ya?”
“Justru itu, kita juga diberi kebebasan buat ngantri di mana aja yang kita suka. Cewek nunggu, kalau cowok ngejar!”
“Tapi analoginya engga semudah itu juga sih dalam membangun sebuah hubungan.”
“Iya, kek kata elo tadi, akal dan perasaan itu terpisah. Dan perasaan kadang memang tak masuk akal. Logika kita lumpuh saat jatuh cinta.”
“Mario Teguh ya?”
“Yep!”
"Hah, entahlah, engga ngerti guah."


  

04 Juni 2011

God do not sleep.

Melihat sejenak ke masa 4 bulan yang telah lewat. Awal semester 6, benar-benar semester yang kacau bagi saya. Dan, Oh, secara kebetulan saya harus mendapat ilmu dari salah satu dosen yang paling saya segani dan takuti.  Dan secara kebetulan juga minggu pertama sudah mendapat tugas menuju kampus Dayeuh Kolot men cari skripsi dan oh, ternyata sangat melelahkan.
Beberapa minggu kemudian, tugas semakin menumpuk dan saya berada dalam kadar sudah merasa lelah secara fisik dan psikis. Semakin diperparah karena pada saat hari saya harus bertemu untuk mengumpulkan tugas, saya sakit dan beliau tak datang karena sakit, sehingga jadwal diundur sampai beberpa hari berikutnya.
Saya pergi lagi untuk mengumpulkan tugas beberapa hari berikutya sambil mencak-mencak dalam hati sambil mengendarai motor saya diatas flyover Surapati. "Bagaimana kalau dia tak datang lagi? kalau dia sakit lagi? saya juga sakit?! tapi saya datang, saya bisa, kenapa dia tidak? Saya juga lelah, secara fisik dan mental. Saya malas jadinya kalau begini. Apalagi kalau dia marah-marah, padahal kan saya datang. Nah, belum lagi nilai dari ini semua, apa dia mau kasih nilai besar?! Apa dia peduli dengan orang seperti saya yang sakit dan masih datang? Dia tak akan tahu, tak akan pernah tau dan tak peduli..." Protes saya.
Tapi sesaat kemudian, saya ingat sesuatu. Dosen itu tak pernah tahu, tapi Tuhan tahu. Tuhan tak tidur, Tuhan melihat manusia yang berusaha dan Tuhan lah yang memberi nilai, dosen hanya menuliskan, dan bukankah kita yang memantaskan diri kita untuk semua nilai yang kita dapatkan? Saya terima pemikiran itu. Saya kerjakan semuanya semampu saya dan teman-teman kelompok saya, dan kemarin kelompok saya dianggap sebagai kelompok yang mengerjakan cukup baik di kelas.
Entah pujian atau apa, yang jelas ada sebuah perasaan senang dalam diri saya. Tak sia-sia kami lelah dan capek dalam mengerjakan tugas itu dan ada hasilnya, a compliment from the teacher that i'm really scared of.
Ya, Tuhan tak pernah tidur, perjuangkan lah yang memang patut kita perjuangkan. Tak ada kesia-siaan bila telah berusaha, Tak akan ada hasil bila tak berbuat. Just believe and do it right!