29 November 2010

Ba Ha Gi A

saya hanya ingin bilang bahwa, saya tidak ingin mengasosiasikan kebahagiaan dengan apapun. tidak dalam hubungan apapun, tidak dengan benda apapun, tidak dengan uang, tidak dengan siapapun. biarlah kebahagiaan datang dengan sendirinya, membuat saya tersenyum, membuat tidur saya pulas, membuat saya kenyang tanpa harus memakan milik orang lain, tanpa perlu menjadi serakah, tanpa perlu me,akai baju orang lain, tanpa perlu menjadi orang lain. saya bisa bahagia dengan apapun, karena dalam kebahagiaan, mungkin pada dasarnya adalah rasa syukur kita atas apa-apa yang kita alami dan kita miliki.
saya sudah bahagia, mungkin terkadang sedih, tapi biarlah, mereka memang berteman satu sama lain nampaknya. anggap saja bahagia sedang sibuk, biar hari ini sedih yang menemani mu, toh besok dia kembali seperti pacar yang sudah kangen pada mu dan memeluk mu erat.

04 November 2010

Restless

ada saat-saat seperti ini, di saat saya ingin sejenak,  lebih lama dari sejenak sebenarnya,  untuk beristirahat. dari banyak hal yang harus saya lakukan, dan 24 jam yang saya punya, rasanya ini smeua tidak pernah berakhir, dan membuat saya sanagt-sangat-sangat bosan.
rutinitas.
pengulangan.
bangun. mandi. makan. pergi. duduk. pulang. makan. tidur.
man, i feel like a trained dog, doing same thing as time tell. and i'm doing it for nothing! saya tidak punya alasan khusus untuk itu semua. uang, ketenaran, jabatan, sebut apapun yang mungkin berharga, tapi itu tak begitu berarti bagi saya. saya nyaman menikmati hidup tanpa perintah, melakkan yang saya suka, melihat, mendengarkan, merasakan apa yang suka. mereka tak perlu sampai begitu menyuruh saya untuk melakukan sesuatu. saya tak ingin jadi mereka, mengapa tidak mereka yang coba jadi saya? mereka pikir mereka benar-benar hebat? Hell NO! at least, not for me.

tapi kemudian, pada suatua pagi saat saya sedang menyesap kopi dan rokok, saya ingin menyerah dan bilang, "I don't care about all this all-life-about, i just wanted be dead. dead as i can be. buried, six feet under. so all  worm of the earth can eat me!" 
lalu seekor kecoa dari antah berantah muncul di depan saya, tergilas sepeda motor, kemudian dia bergerak-gerak, berusaha pindah dari keadaannya. entah dia terluka parah atau tidak, saya lihat ketiga kakinya tidak bergerak lagi. dia terus berusaha bergerak, dengan membalikan badannya. 
kecoa yang terbalik adalah tanda bahwa dia siap mati. tapi dia tidak berhenti, dia berusaha mencapai tepi jalan yang lain, berusaha tidak berada dalam tempat yang sama, berusaha untuk hidupnya. 
 lalu di pagi yang lain, saat saya sedang menuju kampus seekor anak kucing sednag menggelepar, darah memancar dari sebagian kepalannya. habis kena tabrak dia rupanya, entah oleh siapa. kepalanya remuk, tapi badannya terus menggelepar, sangat kesakitan rupanya, setengah badannya menggelepar, dan kedua kaki belakangnya terus meronta berusaha menggerakan badannya menuju ke tepi jalan. tapi saya yakin, dia pasti mati kurang dari lima menit lagi.

lalu apa yang saya pelajari dari kecoa menjijikan dan kucing yang sekarat itu? saya lalu menyadari bahwa : bahkan hewan serendah kecoa pun, bahkan kucing sekarat pun tetap berjuang untuk hidup mereka. mereka tetap ingin hidup. mereka tetap berusaha, walau mereka sebenarnya entah tahu atau tidak, sebenarnya sia-sia saja. lalu kenapa saya harus menyerah secepat itu? harus mengeluh lebih keras, harus mencaci lebih banyak, harus meninggalkan semua tanggung jawab saya? padahal saya lebih baik dari kedua makhluk itu, padahal saya punya kuasa lebih dari kedua hewan itu. saya tak boleh begitu, menghina kehidupan ini dengan tidak mensyukuri dan memanfaatkannya dengan baik. saya harus berhenti mengeluh, karena saya yakin Tuhan masih menyanyangi saya. I've given a chance, now my time to giving chance back.