19 Juni 2011

Belajar dari MUTU!

Apa itu mutu? Dari definisi yang saya pelajari ada beberapa definisinya yaitu :
  • kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/ tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen (Garvin Davis -1994) 
  • Kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (J.M.Juran - 1993)
  • Keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar” (Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari Standar Nasional Indonesia : SNI 19-8402-1991
  • Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness (Crosby- 1979)
Banyak definisinya? Ya, memang karena pada dasarnya belum ada definisi yang jelas tentang mutu itu sendiri. Terus bagaimana caranya kita tahu suatu barang itu bermutu atau tidak? Agar suatu barang bisa dianggap bermutu, biasanya pabrik atau produsen melakukan standarisasi atau barang dibuat dengan standar tertentu yang sudah ditentukan oleh pabrik atau oleh institusi/lembaga yang mempunyai kewenangan. Jadi, semua barang yang dipasarkan nantinya akan sesuai standar. Barang yang satu akan sama dengan yang lain.
Bagaimana memastikan bahwa semua barang itu sudah standar? Ada berbagai cara diolakukan salah satunya denga melakukan Statistical Process Control. Dengan metode ini barang yang sudah dibuat aan dilakukan pengambilan secara sampling, dengan sampling tersebut akan dicari apakah barang yang ada sudah sesuai dengan batasan mutu/kualitas yang dinginkan oleh pabrik. Ya, kira-kira begitu lah, saya kurang mengerti dengan persis detailnya. 
Bagaimana kalau sudah dilakukan pengecekan, dan berbagai hal ribet lainnya, barang yang ada masih kurang bagus mutunya? Lakukan perbaikan. Continous improvement. Kaizen. Perbaikan terus menerus tanpa akhir, karena pada dasarnya tingkatan mutu suatu barang/produk akan terus berubah dan tidak akan pernah berhenti.
Ini sebenernya pengen ngomongin apa sih? 
Nah kalau mutu pada manusia sendiri kek gimana?  Pada dasarnya sifat manusia yang naik turun membuat mereka bisa menjadi sangat berkualitas dan sangat tidak brkualitas.  Hari ini bisa menjadi manusia yang sangat menyenangkan, besoknya kek Setan. Manusia itu sangat paradoks sehingga kalau buat saya memang agak sulit menilai seseorang itu bermutu atau tidak. Karena niali mutu seorang manusia itu tidak pasti, biasanya kita menggunakan generalisasi untuk menilai mutu orang. Stereotyping. Kita hanya menilai dari apa yang bisa kita lihat aja bahwa orang itu bermutu atau tidak. Padahal yang kita lihat belum tentu keadaan atau mutu dari orang itu yang sebenarnya. Inilah kenapa kita sering dengan istilah "--salah menilai dirimu" dalam lagu-lagu sendu. 
Kita sebenarnya hanya melihat sedikit, tapi merasa sudah tahu banyak. Dalam salah satu lagu Make Damn Sure -- Taking Back Sunday ada bagian lirik : "how close is close enough?"
Seberapa dekat kah untuk disebut dekat? Seberapa kenal untuk benar-benar bisa disebut sangat mengenal? Everything is change, people too. Engga ada yang tetap, termasuk sifat manusia tadi, begitu juga kualitasnya. I mean, just take a look at ourself. We are getting older everyday, but did we ever really realize about that? 
So, what should we do? sama seperti konsep continous improvement tadi, ada satu hadist yang bilang "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka" (Hadits). Itu adalah konsep continous improvement pada diri kita sebagai manusia. Kaizen untuk diri kita. Dan hal ini harus kita lakukan terus menerus, agar kualitas kita semakin baik dan lebih baik daripada kemarin.
The sign when we need to improve our quality? Sebenarnya sih, ya seperti yang saya bilang tadi, kalau sebaiknya sih setiap hari kita tingkatkan kualitas kita. Tapi ya, terkadang manusia selalu menunggu impact yang besar untuk bisa merenung dan menyadari bahwa kualitas yang dia miliki masih kurang untuk menghadapi kehidpan nanti yang pasti akan lebih sulit. Jadi, untuk tahu kapan kita harus meningkatkan kualitas kita adalah saat kita kecewa. Ya benar, saat kita kecewa dengan apa yang kita dapat, saat kita kecewa dengan orang-orang disekitar kita, saat kita patah hati (which is what happening to me now), saat kita menginginkan sesuatu tapi tak bisa kita dapatkan, saat semuanya berjalan salah dan tak sesuai dengan harapan kita. Saat-saat itu adalah tandanya kita harus segera mmeningkatkan kualitas diri kita untuk memantaskan atas apa yang kita inginkan (pinjam istilah Mario Teguh).
Ya, kira-kira segitu dulu yg bisa saya share. I'll improve it later. Hahahaha!   



Tidak ada komentar: