30 April 2011

Setiap akhir untuk setiap awal

Pernahkah kita memikirkan sebuah akhir dari setiap hal kita lakukan? Saya yakin tidak. Setiap orang ingin terus berpesta tanpa henti, hidup dalam kemabukan dan rasa  ‘tinggi’ yang tak pernah usai, tapi, “Hei, bahkan pesta terbaik pun harus usai!” dan selalu saja ada alasan untuk mengakhiri  setiap awal.
Semua hal yang ada di dunia ini tercipta, dengan lawannya masing-masing. Pagi dengan senja, siang dengan malam, pria dengan wanita, awal dan akhir, rasa benci dan cinta. Semua itu ada tidak untuk saling meniadakan satu sama lain, tapi untuk memberikan harmoni dalam kehidupan ini.
Ada sebuah grafiti yang selalu kubaca setiap kali aku melewati fly over saat menuju kampusku. Tulisan itu berbunyi : Manis dirasakan setelah pahit dikecap.  Maksud dari kalimat itu adalah kita baru bisa merasakan kebahagian karena kita pernah merasakan rasa pahit atau penderitaan. Bila kita tidak pernah merasakan penderitaan, bagaimana kita tahu bahwa kita bahagia? Kita tahu kita bahagia karena perasaan bahagia sangat berlawanan dengan rasa sedih, dan keduanya saling memberi arti satu sama lain.
Ya, sudahlah, kita tinggalkan saja kedua hal itu, saya hanya ingin bilang bahwa kadang kita tidak pernah menyadari bahwa terkadang kita harus mengalami akhir dari sebuah proses dan bila saat itu datang pastikan bahwa kita sudah siap untyuk berhenti dan siap memulai proses baru yang harus terjadi dalam siklus hidup kita (yang mana nantinya juga bakal berakhir.)

Tidak ada komentar: