31 Mei 2011

Seorang laki-laki dan anaknya

Seorang laki-laki dan anaknya, berjalan dibawah terik matahari melewati sebuah perkampungan dengan menggiring seekor unta bersama mereka. Penduduk perkampungan itu lantas berkata, "Alangkah bodohnya kedua orang itu! Unta itu tidak dinaiki oleh mereka padahal hari panas begini!"
Esoknya, Laki-laki tersebut dan anaknya kembali melewati perkampungan itu, kali ini sang Ayah menaiki unta yang kemarin mereka giring. Penduduk perkampungan itu berkata,"Alangkah kejam orang tua itu! Tega sekali dia membiarkan anaknya berjalan di panas terik seperti ini sementara dia enak-enakan duduk diatas unta!"
Esoknya, laki-laki tersebut dan anaknya kembali melewati perkampungan yang sama, kali ini sang anak yang duduk diatas unta. penduduk perkampungan itu berkata," Alangkah kuarang ajar anak macam itu! dia duduk enak diatas unta itu sementara ayahnya dibiarkanya berjalan!"
Esoknya lagi, ayah dan anak itu kembali melewati perkampunguan yang sama, kali ini mereka bedua duduk diatas unta tersebut. Penduduk kampung tersebut kemabli berkata, "Alangkah teganya kedua orang itu! Tak bisa melihatkah mereka kalau unta yang mereka naiki kepayahan membawa beban 2 orang?"
Karena sudah memncapai puncak amarahnya, sang Ayah dan anak turun dari unta tersebut dan kemudian membunuh unta tersebut di dalam perkampungan itu dan tak pernah kembali lagi ke perkampungan itu.
Ya, cerita diatas sebenarnya hanya sebuah ilustrasi saja. yang ingin saya tekankan adalah janganlah hidup dari omongan orang. kenapa? ya, akibatnya seperti ayah dan anak tadi, mereka hidup serba salah karena hidup melalui omongan orang lain. sudut pandang orang lain. menggunakan otak orang lain untuk berpikir. karena itu mereka selalu salah dan akhirnya frustasi.
lakukan apa yang harus kita lakukan, bolehlah kiranya orang berkomentar, tapi komentar macam apa yang kita dengarkan. jadilah pendengar yang bijak. masukan yang baik dan BENAR, dijadikan patokan. tak melulu apa yang orang sarankan kita lakukan, karena belum tentu sesuai dengan diri kita. berlakulah...ya, kalau kata dosen saya, proporsional, sesuai dengan kemampuan kita. jangan berlebihan dan jangan meniadakan.

Tidak ada komentar: