11 Februari 2011

Schizoprenia and Movie

Apa itu Schizoprenia? Menurut wikipedia Schizoprenia adalah  a mental disorder characterized by a disintegration of thought processes and of emotional responsiveness. It most commonly manifests as auditory hallucinations, paranoid or bizarre delusions, or disorganized speech and thinking, and it is accompanied by significant social or occupational dysfunction. (Sebuah gangguan mental yang dikarateristikan dengan disintegrasi pada proses berpikir dan respon emosi. Biasanya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi, katakutan yang tak berlasan atau ilusi yang sangat hebat atau disorganisasi cara berbicara dan berpikir, dana biasanya berbarengan dengan disfunsional funsi sosial dan sikap). Well, kira-kira begitulah artinya.
Saya pertama kali tahu istilah ini dari sebuah film Jim Carrey yang berjudul "Me, Myself and Irene", yang menceritakan tentang seorang polisi lokal bernama Charlie, yang diperankan oleh Jim Carrey, yang memendam rasa frustasinya terhadap kehidupannya sehingga menghasilkan seorang pribadi baru dalam diri Charlie yang bernama Hank. Saya cuman, "Oh.." saja melihat film ini, tidak terlalu tertarik, tetapi film selanjutnya yang membuat saya aware dengan Schizoprenia adalah "Fight Club". Saat saya masih di SD, melihat trailer film ini, saya pikir film ini hanya "another cool guy, beating bad-ugly-looking-face guy" tapi saya baru sempat menontonya pada kelas 3 SMA, and it is totally out my imagination. 
Film ini menceritakan tentang seorang Narator yang memiliki kehidupan yang "sempurna" hingga pada suatu hari dia bertemu dengan seorang Tyler Durden dan membuat sebuah klub, Fight Club dan sejak itu hidupnya berubah. Tyler yang karismatik, membuat sebuah gerakan bawah tanah untuk menentang segala bentuk kemapanan hidup dan konsumerisme yang ada dengan menggunakan anggota dari Fight Club tersebut. Narator tersebut tidak setuju dengan apa yang akan dilakukan oleh Tyler, hingga akhirnya dia sadar bahwa Tyler adalah dia sendiri, dan sejak saat itu saya benar-benar terkesima dengan Tyler. 
Saat itu saya mulai berpikir betapa menyenangkannya bisa mempunyai alter-ego atau kepribadian lain yang tidak saya miliki dalam diri saya, betapa keren-nya bila saya bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa saya lakukan bila saya hanya menjadi diri saya sendiri. Yes, i'd like to one schizoprenic please! Saya pikir Schizoprenia hanya  berbicara tentang kepribadian ganda saja, tapi ternyata tidak. Saya barubtahu setelah saya nonton film lain tentang Schizoprenia yaitu "A Beautiful Mind". Film ini diangkat dari sebuah buku dengan judul yang sama, yang menceritakan tentang John Nash , yang merupakan ilmuwan matematika dari Amerika yang menderita Shcizoprenia. Dia menjadi subjek berita ini berkat prestasinya meraih Nobel dalam bidang ekonomi tahun 1994, untuk teorinya yang dia sebut "Nash Equlibrium" (dan ya, saya sedikit mempelajari teori itu dalam salah satu bab di ekomoni manajerial). Dalam cerita tersebut John Nash mengalami schizoprenia dalam bentuk halusinasi akut, dia menjadi seorang mata-mata, mempunyai teman sekamar khalayan dan itu benar-benar merusak karir dan hidupnya.
Salah satu film tentang schizoprenia lainnya adalah "The Soloist". Film ini diperankan oleh Robert Downey, Jr. dan Jamie Foxx dan diangkat berdasakan kisah nyata dari seorang kolumnis bernama Steve Lopez menceritakan tentang seorang musisi berbakat bernama Nathaniel Ayers yang menjadi gelandangan dan hidup di jalan akibat dari schizoprenia yang dimiliki oleh Ayers. Ayers dalam film ini digambarkan memiliki schizoprenia dalam bentuk halusinasi dan paranoia akut, yang bisa membuat dia menjadi sangat kasar dan berbahaya akibat dari ketakutannya tersebut. What i can tell you about this movie: it doesn't work on the market.
Ada satu ceirta lagi tentang schizoprenia yang saya lihat di tv, dalam acara "Oprah Winfrey Show". Dalam acara tersbut, dicertakan tentang seorang anak berumur 7 tahun yang mengidap schizoprenia sejak berumur 3 tahun. Bentuk awal dari schizoprenia yang dieritanya berupa ilusi teman imajiner berupa hewan peliharaan, awalnya semua baik-baik saja hingga tingkat yang lebih parah timbul, binatang-binatang tersebut mulai memerintahkan untuk melakukan hal-hal yang berbahay untuk anak seumurnya dan membuat anak tersebut menjadi sangat berbahay dan kasar bagi orang-orang terdekatnya, sehingga orang tuanya harus menyiapkan sebuah rumah khusus bagi anak tersebut dan bergantian menjaga anak tersebut. What a life, dude! 
Dan ya, ide saya untuk memiliki shcizoprenia langsung saya hapus seketika, saya tidak ingin menjadi berbahaya bagi orang lain di sekitar saya dan lagipula tidak ada salahnya menjadi membosankan kan? 
Di Indonesia, sering timbul kasus pembunuhan atau bunuh diri dimana pelakunya mempunyai alasan karena "ada suara-suara yang memerintahkannya", dulu saya pikir itu tidak logis. "Memangnya ada suara dari mana? Dari setan?!" dan ya, semua orang di sini pasti berpikir seperti itu, tapi bagaimana bila memang pelaku tersebut mempunyai schizoprenia? 
Well, someone tell me i have to go now, it's a friend. a shy friend that have great idea. makin' nuclear or something. 
"Hey, do you want to write something?"
"Hey, i told you never mention me?!! Get that, prick?!! Just tell them!"
"Tell what?"
"This conversation,"
"This conversation.."
"Is over.."
"Is Over."



Tidak ada komentar: