01 Januari 2013

Transisi Membaca

Mungkin membaca adalah hobi yang paling mudah ditulis oleh semua orang ketika dalam setiap interview, menulis CV dan resume, atau pada saat ngobrol basa-basi. Apa yang dibaca it yang menjadi pertanyaan. Mungkin ada orang yang senang membaca buku, membaca iklan baris, atau membaca kolom lowongan pekerjaan di koran, atau juga senang membaca komik, cerita stensilan di internet atau bahkan sampai membaca nasib orang lain melalui garis tangan. Kalo saya sendiri lebih senang membaca buku, tapi ada sedikit perubahan genre yang saya alami sekarang.
Saya ingat, novel yang pertama kali saya baca adalah novel Lima Sekawan dengan judul Minggat dan kemudian saya membaca novel Lupus, dan saya akhirnya mulai menyukai membaca novel-novel lainnya.
Kalau dulu saya seringnya baca buku novel  tapi sekarang saya lebih senang membaca buku non-fiksi daripada novel. Kenapa? Karena saya merasa sangat kesulitan dengan semua novel yang ada sekarang karena cerita yang ada sekarang cenderung 'diarahkan' dengan tema yang populer saat ini. Saya ingat ketika buku Laskar Pelangi berada dalam masa kepopulerannya, hampir semua novel lokal yang ada dalam setiap judulnya menggunakan kata 'laskar' atau 'pasukan' dan memasang label novel motivasi. Begitu Twilight booming disini, banyak novel mengangkat cerita seputar vampire dan sebagainya sebagai ceritanya.
Dan sekarang sedang demam Korea dan travelling di Indonesia, banyak penerbit menerbitkan buku tentang travelling dan cerita dengan latar wilayah korea. Saya merasa bingung sendiri dalam memilih novel akhirnya, karena saya takut wasting uang dan waktu saya dengan semua perangkat marketing yang ada di penerbitan itu karena penulis yang menjadi follower biasanya merupakan penulis debutan, mungkin ceritanya atau apapun lah sehingga buku tersebut akhirnya diterbitkan tapi tetap saja menurut saya, sebuah certa yang lahir karena booming pasar kurang menarik minat saya.
Saya akhirnya mencoba membaca buku non fiksi, dan somehow, saya benar-benar merasa kehilangan minat dengan buku novel, kecuali novel tersebut memuat fakta yang ada seperti misalnya Fight Club atau novel Pramoedya Ananta Toer. Ya, semacam ada knowledge lebih didalamnya selain sekedar dari cerita novelnya sendiri.
Membaca buku non fiksi, menurut saya sekarang lebih seru dibandingkan membaca novel, karena entah kenapa setiap buku non fiksi yang saya beli saling 'terkait' satu sama lain. contohnya saya membeli buku Dunia Sophie, dan bertanya, apa tidak ada seorang filsuf Islam yang dibahas? Dan ternyata jawabannya saya dapatkan di buku Dari Puncak Baghdad, Sejarah Dunia Versi Islam karya Thamim Ansari. Dan masih ada beberapa buku lain yang saya rasa isinya berkaitan dan akhirnya membuka wawasan saya sendiri tentang berbagai hal yang terjadi saat ini. Bukan saya bilang membaca novel itu jelek, hanya saja mungkin bila kita lebih expand keinginan membaca kita nantinya akan membawa lebih banyak insight daripada hanya berpaku pada satu genre saja. 

Tidak ada komentar: